Pertemuan Dua Orang Gila
Aku bertaruh
siapa pun yang nonton film garapannya Christoper Nolan bakal berakhir dengan kepala
nyut-nyutan sangking mikir terus dari
pembukaan sampe tamatnya film. Ya, aku jatuh cinta sama Nolan setelah nonton Inception pas zaman SMA, pikirku waktu itu, “Astaga
ini film keren banget!” Dari ide cerita, karakter tokohnya, plot cerita, ending
nggantungnya, pokoknya semuanyaaaa bikin klepek-klepek. Lalu aku
makin kesengsem setelah nonton Trilogi The
Dark Knight, Prestige, Interstellar, Memento.
Untuk film-filmnya yang lain masih dalam proses untuk ditonton (better late than never). Bagaimana pun
dari film yang udah ku tonton, semua menggambarkan betapa cerdas dan ajaibnya sutradara
yang satu ini. Yah, walaupun harus aku akui belum ada yang ngalahin The God Father dalam hidupku.
Kenapa jadi
bablas ngomongin Nolan?
Jadi ceritanya
beberapa hari yang lalu aku baru nonton Memento,
Tinker Tailor Soldier Spy, Gone with The
Wind, Bitvaza Sevastopol, beberapa film lawas yang jauh dari kisah komedi
romantis. Terkadang setelah nonton film serius macam tadi, pikiranku haus akan
film macam komedi romantis. Jadilah aku kumpulin film-film jenis drama romantis,
salah satunya keluaran tahun 2012, Silver
Linings Playbook.
Film Silver Linings Playbook merupakan adapatasi dari novel dengan judul
yang sama karya Matthew Quick, disutradarai David O. Russel yang merangkap
penulis naskah. Cerita dimulai dari seorang laki-laki bernama Pat (Bradley Cooper)
yang menderita bipolar dan dirawat di rumah sakit jiwa. Delapan bulan kemudian,
Sang Ibu datang menjemputnya. Pat diperbolehkan pulang dengan beberapa syarat.
Sebenarnya Pat dimasukkan ke rumah sakit jiwa setelah memukuli selingkuhan
istrinya hingga hampir mati. Atas kejadian itu Pat kehilangan pekerjaan
sekaligus istrinya.
Sekembalinya
Pat ke rumah, suatu hari ia bertemu sahabat lamanya, Ronnie, yang langsung mengundangnya
makan malam. Saat makan malam itulah Pat bertemu dengan adik ipar Ronnie,
Tiffany (Jennifer Lawrence), janda yang juga menderita gangguan mental sejak
suaminya meninggal. Dari sinilah kehidupan Pat mulai berubah, cerita menjadi
semakin menarik dan lucu. Aku tertawa melihat kegilaan Pat, Tifanny, dan
orang-orang di sekitar mereka.
Ada banyak
adegan yang membuatku tertawa ketika menontonnya. Dimulai dari kemunculan
Danny, teman Pat yang selalu mengaku telah dikeluarkan dari rumah sakit jiwa
padahal belum. Kelucuan keluarga Pat, ayahnya penggemar tim football Eagle dan
masih percaya tahayul ketika memasang taruhan. Aku juga tertawa saat adegan Pat
selesai membaca novel karya Hemingway, dia marah-marah mendapati ending cerita
novel itu ternyata menyedihkan. Dia protes kenapa Hemingway tidak menulis akhir
yang bahagia setelah segala penderitaan para tokohnya? Aku sependapat denganmu,
Pat! Sama seperti Pat, aku selalu percaya akan adanya garis-garis perak yang
membelah langit kelabu.
Adegan
menggelikan juga terjadi ketika pengumuman nilai kompetisi menari. Seluruh
keluarga Pat dan Tifanny bersorak ketika skor rata-rata tarian Pat dan Tifanny
adalah 5. Para peserta lomba heran karena 5 adalah skor paling jelek dari total
nilai 10. Mereka tidak tahu, Ayah Pat baru saja memenangkan taruhan besar karena
perolehan skor anaknya itu. Oh ya, dan gerakan dansa mereka… Emmmm…. Hahahahaha.
Melalui film
ini kita sedikit bisa memahami apa saja yang dialami oleh orang-orang penderita
bipolar. Dari Pat dan Tifanny aku melihat orang-orang gila seperti mereka
justru hidup dengan lebih jujur. Mereka tak pernah berpura-pura. Tidak seperti
Ronnie, orang waras kebanyakan yang hidup dalam kepura-puraan. Ronnie selalu
merasa tertekan dengan hidupnya, pekerjaannya, istrinya, anaknya, cicilan
rumahnya, blab bla bla. Sampai di suatu momen Pat dengan bijaksana menasihati
Ronnie supaya lebih bersyukur. Selain itu ada lagi yang aku suka dari film ini,
yakni ketika kencan pertama Pat dan Tifanny. Setelah membuka diri, Tifanny
marah-marah dengan reaksi Pat yang spotan memberikan penilain buruk padanya.
Dia bilang, “Aku sudah terbuka kepadamu dan kamu menghakimiku!”
Di sepanjang cerita film ini, kita bisa melihat tanda-tanda bahwa sebenarnya Pat jatuh hati pada Tifanny. Tapi semuanya baru terungkap jelas di akhir cerita ketika Tifanny membaca surat dari Pat. Begini surat Pat untuk Tifanny.
Di sepanjang cerita film ini, kita bisa melihat tanda-tanda bahwa sebenarnya Pat jatuh hati pada Tifanny. Tapi semuanya baru terungkap jelas di akhir cerita ketika Tifanny membaca surat dari Pat. Begini surat Pat untuk Tifanny.
Dear
Tifanny,
I know
you wrote the letter. The only way you could meet my crazy was by doing
something crazy yourself. Thank you. I love you. I knew it the minute I met
you. I’m sorry it took so long for me to catch up, I just got stuck
Pat.
Begitu manis
pengakuan Pat.
Terkadang
memang hanya orang gila yang mampu mengerti kegilaan orang lain. Kegilaan yang
bagi sebagian orang justru merupakan suatu kewarasan. Semoga untuk orang-orang
setengah gila di luar sana (termasuk aku) menemukan seseorang yang mengerti
akan kegilaannya.
1 komentar: