Buat Esdaniar
Peringatan: Hanya karena
saya belum menulis kisah tentang sahabat-sahabatku yang lain bukan
berarti mereka tidak istimewa. Hanya saja waktu menerima surat kejutan dari
salah satu sahabatku ini, mendadak ingin menulis sedikit tentangnya sebagai ucapan terima kasih.
Banjarnegara, 6 Juni 2017
Aku lagi
leyeh-leyeh baca buku sambil nunggu adzan Dzuhur. Mamak masuk rumah sambil
manggil, “Ini ada paket. Apa sih?”
“Oh, transkrip
nilai dari Solo.”
“Surat kok
berat banget gini,” komentar Mamak.
Aku juga
heran, harusnya tidak seberat ini. Aku buka, memang isinya transkrip nilai dan
legalisasinya, tapi ada hal lain. Aku rogoh isi amplop, rupanya dua coklat
Silver Queen dan sepucuk surat. Jujur aku terharu, sejauh ingatanku ini kali
pertama aku dapat paketan yang isinya bukan sekadar dokumen resmi. Mamak sempat
curiga, itu kok ada cokelat sama surat warna-warni? Aku ketawa, ini dari temen
cewek satu kos.
Namanya
Esdaniar Khoirunisa. Kami bertemu di suatu sore bulan Agustus 2011, pada waktu
Ramadhan. Ada beberapa orang yang memiliki kesan tak nyaman ketika pertama kali
berjumpa denganku. Begitu pun dia. Tapi sejauh pengalamanku, beberapa orang
yang awalnya tak menyukaiku justru merupakan calon salah satu sahabat baikku.
Begitu pun dia. Sore itu aku tanpa segan masuk ke kamarnya, kebetulan dia
satu-satunya penghuni kos baru yang menampakkan diri. Kami berkenalan. Di
kemudian hari aku membaca surat dari Esdaniar yang isinya begini:
“Waktu itu
bulan puasa. Kos masih sendu karena aku pertama kalinya jauh dari orang tua.
Aku ingat Titi buka kamarku tiba-tiba, dan lihat koper besarku ngeblak
berserakan dan dia bilang ‘Kamu baru pindahan?’ lalu aku bilang dalam hati ‘Kurang
ajar nih orang! Buka-buka pintu kamarku tiba-tiba’”
Aku ketawa
bacanya sekaligus haru.
Untukmu Esdaniar,
momen terindah selama di kos Nefilla adalah ketika kita lembur tugas berdua di
kamarku. Setelah itu kita sepakat tidur sebentar supaya bias bangun.
Itulah salah satu momen yang akan membekas selamanya, Da. Masih ingat kan? Lalu
waktu mulai menempa masing-masing dengan cara yang berbeda. Esdaniar selama S-1
sibuk dengan organisasinya, sedangkan aku sibuk melalang buana sampai kadang
lupa jalan pulang kosan.
Kami sempat
berpisah saat semester 5 hingga akhirnya kami sama-sama lanjut studi, waktu itu
aku memutuskan untuk pindah kos. Kami berkomunikasi ala kadarnya. Tak disangka
muncul kembali kesempatan untuk satu kos lagi, yakni di kos Bu Yoto. Rumah ini
memberikan banyak cara kepada para penghuninya untuk merasa seperti keluarga.
Esdaniar tetap menjadi kawan diskusi dalam hal buku, musik, kadang film,
politik, semua nyambung deh. Kami berbeda dalam selera musik, dia suka
lagu-lagu lawas, band-band asal London yang jarang didengar di telingaku. Sedangkan
aku penggemar Coldplay, Taylor Swift, dan jenis musik lain yang kurang dia
minati. Terlihat kan, begitu unik dan original Esdaniar. Tapi ada dua lagu yang
sering kami nyanyikan bersama yakni, “Thinking of You” (Katty Pery) dan “They
Long to Be Close to You” (The Carpenter). Kadang kami sahut-sahutan liriknya,
terutama Thingking of You, dari S-1 sampai sekarang masih aja jadi Plylist
kalau karaoke bareng.
Kalau habis
nonton film, biasanya kita juga nyanyiin soundtracknya. Bahas filmnya sampai
niat dia cari artikel tentang film itu dari para ahli. Kalau buku, wah, dia
hobi membaca juga. Biasanya kami saling menambah informasi, pemahaman, dan
membicarakan hal-hal di sekitarnya. Dan dia selalu punya sudut pandang yang
unik, original, antimainstream pokoknya. Kalau kalian bertemu dan ngobrol
dengan Esdaniar, pasti bakal tahu sendiri betapa sudut pandangnya sangat
berbeda dari orang kebanyakan.
Dari Esdaniar
aku belajar pola makan sehat juga cara merawat wajah dengan bahan alami seperti
tomat, timun, lidah buaya, teh bekas, dan semacamnya. Obrolan kami juga ada
kalanya membahas selulit dan cara-cara untuk menghilangkannya, lalu teknik
olahraga dia yang tak kalah unik. Dia suka beli majalah dan koran bekas
berbahasa inggris buat belajar. Tidak bakal habis deh kalau ngomong soal
keaslian, kalau boleh ku bilang “originalitas” seorang Esdaniar.
Momen terakhir
yang nggak mungkin aku lupa adalah kesediaanmu untuk jadi pendamping wisudaku.
Keluargaku sudah tak seheboh waktu wisuda S-1. Bahkan mereka memutuskan
langsung pulang setelah upacara wisuda, apalagi waktu itu Mamak sedang sakit.
Akhirnya ku telepon kamu untuk menemaniku. Aku tidak bisa membayangkan apa
jadinya aku tanpamu kala itu. Mungkin selesai wisuda aku langsung pulang ke kos.
Terima kasih juga udah repot beliin obat sakit gigi padahal kamu lagi lemes
karena puasa. Terima kasih tak terkira, Da. Sungguh beruntung laki-laki yang menjadi
suamimu kelak. Ya begitulah, nggak bakal abis kalau sebutin kebaikan dia
satu-satu.
Oke dari tadi
kok muji terus, pasti ada luputnya dong. Jelas ada, salah satunya kalau mandi
suka luuuuaaaammmaaa banget sampai kadang aku gedor buat tanya, “Masih lama
nggak, Da? Aku ambil sabunku dulu gimana? Aku mau mandi di kamar mandi depan.”
Hahahahaha, aku tahu dia bete, tapi bodo amaatt daripada telat, hahaha sorry
Da.
Pada akhirnya,
pertahankan sahabat yang selalu mengingatkanmu untuk tetap dekat kepada-Nya.
Terima kasih, Da, selama ini secara tidak langsung jadi partner saling mengingatkan.
Denganmu aku selalu merasa ingin terus berlomba dalam hal kebaikan. Doaku,
semoga kamu dinikahkan dengan dia, dijaga pernikahanmu, dimudahkan memperoleh
rezekimu, termasuk anak-anakmu. Katanya salah satu doa orang yang diijabah
adalah doa orang yang berpuasa dari fajar hingga petang, aku berdoa untuk
kebahagian dunia akhiratmu, Da. Dijaga terus salatmu, tahajudmu, tadarusmu,
sedekahmu, dan puasamu. Allah yang akan membalas semua kebaikanmu padaku selama
ini. Semoga silaturahmi kita tetap terjalin sampai kapan pun. Aamiin.
p.s. : Sampai ketemu
di Solo tanggal 8-9 Juli nanti. Insya Allah.
Sweet kali kln dua.... Senyum2 bacanya.. Hehehehe
BalasHapusHahahahah romantisme dua perempuan. Ah, sekarang udah jadi Bu Dosen aja. :)
Hapus