Pengalaman Lolos Tes CPNS

21.22 Titi Setiyoningsih 69 Comments


Alhamdulillah SK CPNS 2018 turun minggu lalu. Untuk pertama kalinya pada tahun 2018 aku ikut tes CPNS Formasi Dosen Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Ku lihat di pengumuman CPNS Ristekdikti, ada 2 lowongan dosen (jabatan Asisten Ahli) untuk lulusan S-2 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Akhirnya setelah banyak pertimbangan dan dukungan dari berbagai pihak, aku mendaftar formasi dosen UNS itu. Nah, kali ini aku ingin berbagi pengalamanku saat mengikuti tes CPNS 2018.

1. Tata Niat
    Apa sih tujuan kamu ikut CPNS? Ini adalah pertanyaan yang harus kamu jawab ketika akan mendaftar. Jangan sampai di tengah jalan nanti kamu menyesal atau goyah karena belum meluruskan niat. Tentu setiap orang memiliki alasan yang berbeda. Ada yang mendaftar CPNS antara lain karena perintah orang tua, demi mertua, supaya lamarannya diterima sang pujaan hati, pensiunan di hari tua, atau iseng-iseng karena lama menganggur, putus asa dengan cita-citanya yang idealis, ingin kaya raya (padahal kalau kepengin kaya ya jadi pengusaha!) atau karena sekadar ingin mendapat title PNS. Apa pun niatmu, itu akan memengaruhi jalan hidupmu nanti selama menjadi PNS.
     Aku sendiri awalnya tidak kepikiran mendaftar CPNS 2018. Waktu itu yang ada di otakku setelah menikah aku akan resign dari kampus di Surabaya, lalu pindah ke Solo ikut suami, dan jadi ibu rumah tangga atau lanjut studi S-3. Eh lha kok, pagi-pagi orang tua menelepon dan memintaku mendaftar tes CPNS di Solo siapa tahu UNS ada lowongan dosen. Pas banget memang ku lihat di daftar kampus area Solo ada formasi dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNS. Aku "iya" kan saja permintaan orang tua waktu itu.
    Aslinya aku galau berhari-hari, aku tidak mau niatku mendaftar CPNS hanya karena orang tua. Harus ada niat yang bena-benar menjadi dasar untukku bekerja nanti. Dunia pekerjaan bagiku sepertia dunia persilatan. Akan ada banyak tantangan, tanggung jawab, dan kesiapan yang menguras pikiran, fisik, maupun mental. Apalagi ini CPNS, kontraknya tidak hanya terikat dengan instansi tapi juga negara.
     Setelah salat meminta petunjuk berkali-kali, berdiskusi sana-sini, akhirnya aku mantap mendaftar CPNS. Ku niatkan ini menjadi salah satu pengabdianku dan jalan ibadahku sebagai hamba kepada Allah, sebagai anak kepada orang tua, sebagai warga terhadap negara. Ku niatkan ini sebagai ibadahku menyebarkan ilmu serta melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Tentunya aku sudah meminta restu calon suamiku dan beliau sangat mendukung keputusanku mengingat sifatku tak akan betah kalau hanya berdiam di rumah. Niat itu ku tanam dalam-dalam, supaya apa pun hasilnya nanti itu adalah yang terbaik.
    Setelah mendapat ridho dari orang tua, saatnya niatku itu ku sampaikan pada Allah. Biarkan Allah yang menilai ketulusan niat kita. Intinya kalau Allah ridho, maka segala rintangan ada Allah yang akan menolong kita. Tapi kalau dari awal kita ini ngotot dan ngeyel kepengin diterima, takutnya kalau diterima nanti Yang Maha Kuasa tidak menolong kita karena sejak awal tidak ridho.
   Jangan berdoa supaya diterima, tapi mintalah ridho-Nya dan berdoa untuk hasil yang terbaik menurut-Nya (entah diterima entah tidak, itu yang terbaik untuk kita). Kalau sudah demikian, insyaallah apa pun tantanganmu nanti akan ada yang selalu menolongmu. Jadi, pondasi awal sebelum mendaftar adalah NIAT. Kenapa sih kamu kepingin daftar CPNS?

2. Mendaftar dan Siapkan Berkas Administrasi Pendaftaran
    Sistem sekarang serba online, jangan takut untuk bertanya pada orang di sekitarmu kalau bingung. Ikuti petunjuk pendaftaran yang tertera di pengumuman. Buka laman https://sscn.bkn.go.id/ di situ informasi sudah lengkap. Nah, biar selalu update info, coba juga follow akun twitter-nya BKN. Di situ info terbaru seputar CPNS lebih cepat disiarkan.
   Sesudah mendaftarkan dirimu di akun sscn.bkn.go.id, sekarang saatnya mengumpulkan berkas untuk seleksi administrasi. Ingat ya! Kita berhadapan dengan sistem, jadi sebisa mungkin berkas yang kamu unggah dan kirim nanti sesuai dengan persyaratan. Misalnya, di situ tertera wajib melampirkan  fotokopi ijazah terakhir yang telah dilegalisir. Berarti kamu wajib mengumpulkan fotokopi ijazah yang dilegalisir, jangan mengirim fotokopi ijazah yang belum dilegalisir dengan harapan: "Ah paling mereka enggak bakal mengecek satu-satu!" atau "Yah mungkin ini kesalahan yang bisa ditoleransi, toh ini ijazahku beneran!" Duh, jangan pernah menggampangkan sistem!
   Ada banyak kasus gagal di seleksi administrasi karena kurang teliti atau menggampangkan. Ada beberapa orang yang sengaja mendaftar tidak sesuai formasi dengan harapan tim penyeleksi akan menoleransi. Tapi ternyata tidak, yang tidak sesuai sudah pasti gugur di seleksi berkas. Kalau pun ada yang berhasil lolos, itu akan menjadi masalah di seleksi akhir nanti. Saranku, patuhi segala aturan sistem yang ada dan teliti kembali berkas yang akan kamu kirim. Kalau sudah begitu, kita akan tenang menunggu pengumuman lolos seleksi administrasi.

3. Belajar
   Ada jeda waktu cukup lama (sekitar 1-2 bulan) untuk menunggu pengumuman lolos administrasi. Ku tanyakan ke beberapa orang yang mendaftar, beberapa di antara mereka baru akan belajar kalau sudah ada pengumuman lolos adminstrasi. Menurutku justru jangan begitu. Jeda waktu setelah pengumuman lolos adminitrasi dengan waktu tes komputer (CAT) nanti sangat mepet. Tidak akan ada cukup waktu untuk mempersiapkan diri. Manfaatkan setiap waktu, meskipun belum pengumuman lolos administasi sebaiknya sudah mulai belajar untuk tes komputer Seleksi Kompetensi Dasar (SKD). Jadi tahapan tes yang akan kamu lewati adalah:
    a. Seleksi Administrasi
   Ini berkaitan dengan berkas yang kamu kirimkan, sudahkah sesuai dengan yang diminta? Kalau seleksi ini lolos, maka berhak ikut tahap tes berikutnya yakni, SKD. Tapi kalau tidak lolos administrasi, maka otomatis peserta dinyatakan gugur dan tidak bisa ikut tahap selanjutnya.
    b. Seleksi Kompetensi Dasar (SKD)
    Tes ini butuh persiapan matang. Kalau aku sendiri untuk persiapan SKD, aku belajar dari buku latihan soal CPNS. Buku-buku semacam itu banyak dijual di toko buku dengan berbagai variasi isi. Kalau aku akhirnya beli yang ini:

   Ku tanya temanku yang pernah tes CPNS, katanya isi buku itu memang sesuai dengan soal tes tahun lalu. Aku makin semangat belajar dari halaman pertama sampai halaman terakhir yang isinya UUD 1945. Ku coba simulasi tes komputer dari CD bonus beli buku itu. Harapannya aku tidak akan kaget dengan jenis soal dan tes pakai komputer nanti.
   Setelah giat belajar di sela waktu kerja selama sebulan lebih, eh dapat informasi kalau tes tahun 2018 berbeda dengan tes sebelumnya. Waktu itu dapat info dari kolom berita bahwa banyak yang gugur di SKD. Wah, wah, wah, kebanyakan gugur di Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Fenomena apa lagi ini? Aku cari informasi lebih jauh, ku buka youtube, google, dan laman berita. Ternyata kasusnya memang serupa, banyak yang gugur di TKP untuk Formasi Umum. Ini dia nilai ambang batas (passing grade) supaya lolos SKD.
   Formasi yang ku daftar kebetulan hanya ada formasi umum. Mau tidak mau kalau ingin lolos ke tahap SKB, aku harus lolos passing grade yaitu TKP 143, TIU 80, dan TWK 75. Beberapa pengalaman temanku yang beberapa hari sebelumnya sudah tes SKD mereka tidak lolos nilai TKP. Ada yang nilainya 142, kurang 1 poin lagi padahal, tetap terhitung tidak lolos SKD. Aku tambah deg-deg-an, apalagi soal TKP tahun 2018 tidak bisa ditebak. Katanya pilihan jawabannya itu sulit dibedakan. Rasanya waktu itu sia-sia aku belajar dari buku setebal bantal itu. Tapi aku berusaha tetap optimis karena paling tidak aku sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk SKD.
  Ku buka google, youtube, dan beberapa tulisan orang tentang TKP. Dari sana aku dapat sedikit gambaran soal-soal TKP yang membuat peserta berguguran. Ku tanyakan pada teman-teman yang sudah SKD, dari mereka aku juga mendapat gambaran soal tes nanti. Sekali lagi paling tidak aku sudah berusaha dan berdoa semampuku. Masalah hasil itu sudah di luar kuasaku.
    (1) TWK (Tes Wawasan Kebangsaan): 35 soal, isinya tentang implementasi pemahaman terkait pancasila dan UUD 1995. Ada beberapa pasal UUD 1945 yang keluar. Waktu itu aku sudah menghapalkan isi UUD, ternyata yang keluar soal implementasi. Soalnya ternyata jauh lebih mudah, ku rasa kalau pun tidak belajar masih bisa mengerjakan karena ini kaitannya dengan pemahaman dan implementasi.
    (2) TIU (Tes Intelejensi Umum): 30 soal, isinya seperti hitungan deret sederhana, melengkapi gambar, tes bacaan dan ejaan, soal-soal untuk menilai kemampuan berpikir logis dan analitis. Seperti tes potensi akademik (TPA) itulah. Ini perlu dipelajari lagi untuk sekadar mengingat pola-pola soalnya.
    (3) TKP (Tes Karakteristik Pribadi): 35 soal, kurang lebih soal TKP untuk menilai karakter pribadi peserta yang berkaitan dengan pelayanan publik, sosial budaya, kemajuan teknologi (untuk tahu kita ini sebenarnya tipe orang yang update teknologi dan komunikasi, nggak sih?), kreativitas, inovasi, kemampuan bekerja mandiri dan kelompok. Intinya karakter kita ini harus sesuai dengan kriteria seorang PNS yang pada dasarnya mengabdi untuk negara. Ingat ya PNS itu pengabdi, bukan jabatan yang wow sampai-sampai ada berita seorang PNS menghina pembantu. Padahal aslinya kan sama-sama pengabdi, sama-sama bawahan, ya intinya pengabdi itu apa sih? Kalau mau yang tidak mengabdi ya justru jadilah pengusaha, bos perusahaan, atau wiraswasta.
    Selesai SKD, di komputer langsung ada hasil tes kita. Alhamdulillah malam itu aku lolos tes SKD. Kebetulan jadwal tes-ku dari habis ashar sampai habis magrib. Ternyata aku dapat informasi beberapa hari kemudian kalau pada sesi itu dari ratusan peserta hanya aku sendiri yang mencapai ambang batas. Pantas saja dua satpam di gedung itu heboh mengajakku foto setelah tahu aku lolos tes. Kata kedua satpam penjaga hotel tempat tes itu, sangat jarang berhasil yang lolos. Oalah, pantesan sepanjang jalan keluar gedung aku disalami para panitia tes. Aku bingung awalnya, oh ternyata karena ini. Aku merasa sangat bersyukur. Ini dia hasil tes SKD-ku.


   c. Seleksi Kompetensi Bidang
    Kalau sudah dinyatakan lolos SKD, tahap berikutnya yaitu SKB. Masing-masing Kementerian memiliki kebijakan sendiri terkait SKB. Kalau formasi dosen Ristekdikti, SKB ini ada beberapa tahapan dan dilaksanakan di kampus tempat kita mendaftar.
       (1) Tes Tulis: Mengerjakan 100 soal berkaitan dengan bidang kita, kalau aku tentu saja soal yang ku terima terkait bidang pendidikan, bahasa, dan sastra. 
      (2) Tes Mengajar (Microteaching): Selumnya sudah ku siapkan print out RPS, RPP, PPT, serta ku bawa laptop dan flashdisc untuk presentasi mengajar. Waktu itu aku mengajar di depan Kaprodi dan Sekprodi Pendidikan Bahasa Indonesia UNS.
      (3) Wawancara: Sesi wawancara ini kita akan berhadapan langsung dengan petinggi Fakultas, yakni Dekan dan jajarannya. Kita akan ditanyai seputar kemampuan kita, kelemahan kita, tri darma peguruan tinggi, prestasi yang pernah kita raih, pengalaman organisasi, serta kemampuan bahasa Inggris kita. Jadi ada sesi wawancara menggunakan bahasa Inggris. Untungnya aku sering menonton film berbahasa inggris, itu sangat membantu untuk sesi speaking. Yah, walaupun belibet, ruwet, macam kalau minion ngomong: "hablah, hablah, hablah." Paling tidak beliau-beliau mengerti omonganku.
    Katankalah ini hanya keberuntungan. Peserta yang akan diterima sesuai formasi ada 2, yang lolos SKD ada 3 peserta, dan yang datang ke SKB ternyata hanya 2 peserta (termasuk aku). Teman-teman dari prodi lain langsung menyebutku autoCPNS, karena jelas kami berdua tidak ada lagi saingan. Menurut informasi yang ku dapat, 1 peserta yang tidak datang itu terkendala karena sedang hamil tua. Fenomena ini benar-benar di luar kendaliku sebagai manusia. Hanya Allah yang maha penolong dan sebaik-baik pemberi pertolongan. Ini dia akumulasi hasil SKD dan SKB.

    d. Pemberkasan
   Ikuti semua proses pemberkasan dengan teliti dan telaten. Kemarin yang ku ingat ada KTP, SKCK, Ijazah, Akreditasi Prodi/Universitas, Pasfoto, Surat Sehat Jasmani, Rohani, dan Bebas Narkoba dari RSUD. Nanti ada lampirannya, kuncinya sama seperti seleksi administasi: teliti dan jangan menggampangkan. Ini kaitannya dengan turun atau tidaknya SK CPNS kita nanti.

4. Update Informasi
   Saranku, selama tes itu harus terus update informasi. Seperti kasusku yang ternyata format soal berbeda dengan tahun sebelumnya. Kalau tidak aktif mencari informasi, mana kita tahu soal macam apa yang akan kita hadapi bukan? Jangan pernah malu atau sungkan bertanya pada teman-teman atau orang yang lebih berpengalaman. Tidak ada ruginya bertanya. Hitung-hitung itu salah satu usaha kita.

5. Lakukan Berbagai Faktor X 
    Ini justru yang paling penting selama proses seleksi CPNS 2018. Lakukan berbagai faktor yang mendukung usaha dan doa kita. Seperti teman-temanku yang lolos, aku juga menyebutnya faktor X. Apa sih faktor X itu? Faktor X adalah hal-hal yang kita usahkan yang tidak ada kaitannya langsung dengan tes ini. Misalnya saja, awalnya salat sunah bolong-bolong jadi makin rutin. Perbanyak puasa, sedekah, tadarus Quran, menolong orang, tetap baik pada orang yang telah mendzalimi kita, menghindari dosa, mengurangi kegiatan analisa sosial (ghibah).
   Menyenangkan hati orang tua juga jalan paling ampuh menggapai rejeki. Misalnya membelikan barang-barang yang diinginkan mereka selama kita mampu, sesekali memberikan uang lebih banyak dari biasanya, pokoknya jangan pernah pelit sama orang tua selama kita mampu. Aku mendengar cerita orang-orang sukses, pasti terselip doa ibu dan bapak atas suksesnya mereka. Kalau yang sudah bersuami, berarti selalu menurut dan berbakti seratus persen kepada suami. Senangkan selalu hati suami, sabar, dan lakukan yang terbaik!
    Satu hal yang selalu ku ingat dari teman-teman liqo, bahwa pencapaian kita sekarang bisa jadi hasil dari doa orang lain, entah kita kenal entah tidak. Maka berbuat baiklah selalu dengan siapa pun. Jangan mentang-mentang kamu pinter, ganteng, cantik, body goal, kaya raya, punya posisi jabatan lebih tinggi, terus jadi sombong, semena-mena, dsb. Kita tidak pernah tahu doa siapa di antara mereka yang dijabah. Berbuat baiklah! Minimal ramah dan tersenyum. Meskipun mereka telah dzalim kepada kita, jangan pernah dendam. Ingat ya setan dikeluarkan dari surga hanya karena sifat sombong mereka yang merasa lebih baik dari Adam. Hanya karena sifat sombong, kawan-kawan. Jadi, kalau ada yang minta tolong, meskipun sepele, selama tidak melanggar syariat ya tolonglah. Tidak ada ruginya: karena tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula.

6. Hilangkan Sifat Iri dan Dengki, Semua Orang Telah Melewati Ujiannya Masing-masing
   Eh ini juga jangan lupa, bahwa setiap orang pasti memiliki ujiannya. Aku semakin paham bahwa pencapaian setiap orang pasti diiringi dengan banyak ujian dan cobaan. Misal kita pasti pernah berpikir, "Enak banget ya jadi Si A, bos media besar, bergelimang harta, bla bla bla!" Ya ampun, Si A bisa seperti itu pasti karena kerja keras, doa, usaha, dan sanggup diuji lebih dari kita. Semakin besar pencapaian seseorang berarti sudah banyak badai dan cobaan yang dia hadapai dan belum tentu kita sanggup melewati badai itu.
  Teman-temanku yang lolos CPNS juga cerita soal ujian yang harus mereka hadapi. Ada yang emasnya hilang, ada yang kecelakaan, ada yang ini itu. Aku pun mengalami itu, berdarah-darah malah ujiannya. Sedih, kecewa, itu hal biasa. Percayalah "setelah kesulitan akan ada kemudahan." Hadapi dengan ridho ujian kita masing-masing. Terus berusaha untuk selalu bersabar dan bersyukur. 

Sekian tulisanku kali ini. Tidak ada maksud apa pun selain berbagi informasi. Semoga bermanfaat, terutama bagi yang akan ikut tes CPNS 2019. SEMANGAT!

oh iya, numpang promosi novel terbaruku. Ini dia novel ketiga yang akan cetak tahun ini.

69 komentar:

Pengalaman Membuat Crepe Oreo

08.11 Titi Setiyoningsih 0 Comments



Kemarin dulu aku bikin Crepe Oreo, resepnya ku dapatkan dari internet (idntimes.com). Aku coba dan emang gampang banget bikinnya dan kata suamiku hasilnya enak.
Nah, bahan yang kamu butuhkan buat bikin crepes-nya:
-   110 gram tepung terigu (kalau tidak ada timbangan, terigunya itu kira-kira isi penuh 1 gelas biasa)
-   4 sendok makan gula pasir
-   ¼ sendok teh garam
-   3 butir telur
-   3 sendok makan mentega dilelehkan
-   300 ml susu putih (1 gelas biasa itu isinya 200 ml, jadi bisa dikira-kira susunya sebanyak 1 ½         gelas)
-   5 pasang bagian hitam oreo, haluskan (menggunakan blender atau kalau tidak ada blender ya            pakai ulekan sambel dan tumbuk sampai halus).

Selain itu kamu juga butuh bahan-bahan untuk membuat vla (kalau kalian pakai whipped cream instan, kalian tidak perlu bikin vla):
-   4 sendok tepung terigu
-   8 sendok makan gula pasir
-   ¼ sendok teh garam
-   2 sendok makan mentega dilelehkan
-   250 ml susu putih
-   5 buah krim putih oreo

Adonan Crepe.
1.      Campurkan tepung terigu, gula, garam, dan bubuk oreo hitam ke dalam mangkuk besar. Aku pakai sendok buat mencampur rata bahan kering ini.
2.      Campurkan telur, susu, dan mentega yang telah dilelehkan. Aduk menggunakan wiskas atau sendok, aduk terus hingga tercampur seluruhnya.
3.   Tuangkan bahan cair tadi ke dalam mangkuk berisi bahan kering. Kemudian aduk hingga tercampur rata, jangan ada tepung yang masih menggumpal. Kalau aku karena nggak sabar akhirnya pakai blender untuk mencampur bahan-bahan tadi (harusnya pakai mixer, tapi berhubung belum punya ya manfaatkan apa pun yang ada di dapur).
4.   Setelah tercampur rata dan halus, tuangkan adonan dari blender ke dalam mangkuk, lalu simpan di dalam kulkas selama 1 jam.
5.      Setelah 1 jam, ambil adonan dari dalam kulkas kemudian buatlah crepe menggunakan teflon dengan api kecil. Saranku goyang-goyang adonan saat memasak di teflon, gunakan spatula berbahan plastik.

Adonan Vla.
1.     Campurkan tepung terigu, gula, garam, dan krim oreo ke dalam mangkuk.
2.     Campurkan telur, susu, dan mentega yang dilelehkan.
3.     Tuangkan bahan cair tadi dengan bahan kering, aduk hingga halus (aku pakai blender lagi).
4.     Panaskan adonan tadi dengan api kecil, untuk tempatnya aku pakai teflon. Aduk terus hingga      adonan mengental, setelah itu dinginkan.

Adonan crepe matang sudah terkumpul, setelah itu oleskan vla ke masing-masing lembar crepe. Tumpuk lembar demi lembar hingga habis. Taburkan bubuk oreo hitam di bagian paling atas vla kalau masih ada sisa oreo ya. Setelah itu, simpan crepe oreo kalian yang sudah jadi dan tertumpuk rapi ke dalam kulkas agar semakin enak ketika dinikmati.
Kendalaku tadi adalah pas bikin adonan crepe, adonan pertama dan kedua sobek dan gagal karena pakai spatula kayu. Setelah pakai spatula berbahan plastik adonanku jadi nggak sobek lagi dan berhasil. Kuncinya api kompor setel ke yang paling kecil, goyang adonan secara rata di atas teflon, dan pelan-pelan waktu membalik adonannya ya.
Awalnya juga ku pikir ini bakal gagal, apalagi adonan vla-ku rasanya kurang menarik hasilnya, tapi ternyata rasanya enak dan suami suka. Kenapa aku bikin vla sendiri? Karena suami nggak suka sama whipped cream, jadi aku ganti pakai vla bikinan sendiri. Kalau kalian suka whipped cream malah gampang, banyak whipped cream bubuk instan di toko roti. Bikinnya pun gampang, nggak seribet kalau bikin vla sendiri.
Selama mencoba ya!  

0 komentar:

Pulang ke Solo

23.23 Titi Setiyoningsih 7 Comments


sumber gambar: Surakarta.go.id

Dua tahun yang lalu aku meninggalkan kota Surakarta atau yang akrab disapa Solo. Lima setengah tahun aku menetap di Solo untuk studi S-1 dan S-2, kemudian setelah lulus aku pindah ke Surabaya untuk bekerja. Lalu kemarin, di siang yang tak begitu terik aku kembali mengelilingi kota Solo dengan sepeda motorku.  Sepanjang perjalanan dari rumah (Kawasan Solo Baru) ke RS Moewardi, lalu ke daerah kampus UNS, hingga kembali lagi ke Solo Baru, senyumku terus merekah mengingat kembali masa-masa yang telah lalu. “Ternyata Solo masih sama,” batinku. Ya, setelah hampir dua tahun aku tinggalkan rupanya Solo tak banyak berubah. Hanya saja mungkin kali ini aku bisa lebih objektif menilainya setelah setahun lebih hidup di Surabaya.

Solo masih tetap Solo yang pada siang hari berderetan toko dan dealer motor yang apabila malam menjadi tempat lesehan para penikmat nasi liwet, kopi angkringan, susu segar, atau wedhang ronde. Solo masih tetap Solo yang para pengendara motornya masih selow-selow, segalanya berjalan tanpa ada kesan terburu-buru. Beberapa orang masih bisa berjalan di tepi jalan raya dan di beberapa sudut anak-anak bermain tanpa alas kaki. Banyak ku lewati pendopo khas Jawa Tengah yang merupakan bangunan kelurahan. Kalimat bertuliskan aksara Jawa juga masih sering ku jumpai. Deretan hijau pepohononan masih kokoh menaungi jalan raya pusat kota. Masih dengan Pasar Gede yang merupakan Kawasan Pecinan, Pasar Kliwon yang identik dengan Kawasan keturuan Arab, dan Pasar Legi yang rasa-rasanya sangat khas dengan penduduk asli Solo.

Ternyata lampu bangjo (istilah lampu lalu lintas) di belakang kampus UNS tetap belum berfungsi sebagaimana mestinya. Motor dan mobil masih berseliweran pelan meskipun warna lampu berubah merah. Warung banyumasan Mbok Was di Ngoresan masih belum berubah, bagian depan masih berupa tembok kayu dan bambu dengan atap seng. Leter U, tempat berkumpulnya jasa fotokopi masih ajeg juga. Mahasiswa berlalu lalang di sekitar situ membawa tumpukan kertas fotokopi. Komputer jasa fotokopian juga masih model lama yang harus dibarengi kesabaran ekstra ketika menggunakannya. Bayar parkir masih bisa Rp 1000—Rp 1500. 
Warung-warung makan juga masih mematok harga khas Solo yang apabila orangtua temanku dari luar kota/luar Jawa datang akan  berkata, “Lho kok nggak mahal? Jadi selama ini uang saku yang Mamak kasih kau apakan?” Lalu temanku akan tergeragap karena akhirnya ketahuan juga uang saku mereka selama ini berlebihan. Solo masih tetap sederhana, adem, kalem, dengan ritme hidupnya yang pelan namun pasti, dan dengan sejuta kesyahduannya apabila sore datang menjemput malam. Bahkan temanku dari Jogja suatu hari untuk pertama kalinya datang ke Solo lalu berujar, “Panteslah kamu masih aja cupu, beda banget sama sepupu kamu yang gaul itu.” Sangking dia memandang suasana Solo terlampau sederhana dan tidak sehingar-bingar yang ia duga.

Di balik segala kesederhanaan Solo, percayalah justru itu yang membuat para pendatang betah dan merindukan kota ini. Seperti aku yang masih tetap merasa bahwa Solo adalah kota paling nyaman di dunia. Lalu ternyata Tuhan memutuskan untukku kembali pulang ke Solo. Pulang bersama perasaan damai lebih dari sebelumnya. Akhirnya aku pulang.

7 komentar: