KRITERIARRRS
Beberapa hari
yang lalu seorang teman berkata, “Laki-laki itu lebih milih perempuan yang
pinter. Buat apa cantik tapi otaknya kosong?” Mendadak aku teringat, sekitar
tiga atau empat tahun yang lalu temanku yang lain justru berujar, “Laki-laki
itu takut sama cewek pinter, mereka lebih seneng yang cantik meskipun nggak
pinter-pinter amat/malah sedikit lamban.” Dua opini yang kontradiktif kan?
Kemudian menanggapi teman yang pertama tadi, saya menjawab, “Menurutku laki-laki
bakal cenderung ke cewek yang mau belajar.” Saya kira, di antara tiga pendapat
tadi tidak ada yang salah atau benar. Semuanya mungkin benar dan bisa jadi
semuanya justru salah. Berbagai hal di dunia ini bukan sesuatu yang serta merta
seperti hitam dan putih, benar atau salah. Ada beberapa hal yang akan selalu
berwarna abu-abu, begitu pun perkara selera seorang laki-laki.
Katakanlah, setiap
orang memiliki tipe/pandangan/penilaian yang berbeda terhadap lawan jenisnya. Ada
laki-laki yang suka cewek smart
banget nggak peduli tampilan fisiknya. Ada juga yang lebih mengutamakan
tampilan fisiknya masalah otak belakangan. Namun ada pula yang mau
dua-duanya, ya pinter, ya cantik (ya sholehah, ya kaya raya, ya anak menteri,
terus ajaaaaaa). Lalu kebanyakan laki-laki lebih suka yang
kombinasinya “pas”. Kata “pas” di sini juga relatif ya misalnya, “Okelah soal fisik
dia sedang, soal kecerdasan juga sedang, yang penting pinter masak”. Kombinasi
ini menyangkut jutaan elemen yang lebih rumit ketimbang yang sudah saya paparkan
tadi. Gampangnya, ada yang suka kopi pahit, ada yang suka gulanya
banyak, ada yang suka kopi pakai creamer,
eh malah ada yang lebih suka air putih (mengingat betapa menyehatkannya air
putih). Intinya sih semua relatif!
Malah beberapa
contoh nyata ku amati beberapa laki-laki sebenarnya lebih suka sama yang
montok, terus dapatnya malah kurus, atau kebalikannya. Terus pertanyaannya “Katanya
mereka suka yang montok, ko malah pilih yang kurus sih?” Nggak sesimpel itu gengs! Bisa jadi Si Perempuan nggak sesuai kriteria Si Laki-laki tapi punya kelebihan lain yang membuat Si Laki-laki akhirnya mantap. Ada juga “Eh
katanya dia suka yang pakai jilbab, kok malah nikah sama yang nggak pakai
jilbab?” Hell Oooww, bisa jadi ibadahnya/ karakternya/ sifatnya/ dan tetekbengek
lainnya justru melebihi yang berjilbab. Hemmmmmmmmm.
Tapi kenapa di
awal tadi saya berpendapat mereka kaum adam MUNGKIN cenderung ke yang “mau belajar”?
Simpel aja sih, ada beberapa ku lihat seorang bapak pendidikan sampai S-1 tapi
istrinya hanya tamatan SMA, ada juga yang suaminya lulusan S-1 malah punya istri
lulusan S-3, ada juga yang cerdas dan berpangkat tapi punya istri “ndeso” bahkan
tidak bisa membaca. Well, bagi kalian yang kutu buku dan jarang melihat contoh nyata,
bacalah Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Tokoh Nyi Ontosoroh, perempuan
“ndeso”, pemalu, penakut, dekil, kotor, kurang beradab (bagi kaum barat) dinikahi/dipinang/diambil
oleh seorang Belanda pejabat pabrik gula. Nyi Ontosoroh diajari membaca oleh
suaminya, diajari cara berpakaian yang cantik/rapi, diajari pakai sandal,
diajari beberapa adab barat, hingga akhirnya ia menjadi sosok perempuan yang cerdas nan
anggun.
Saya amati, keawetan
hubungan beberapa pasangan tadi dikarenakan masing-masing mau belajar. Jenis
belajar bukan hanya belajar untuk kecerdasan kognitif ya. Belajar di sini
cakupannya luas, yakni mencakup kecerdasan emosional juga spiritual. Katakanlah
perbedaan derajat pengetahuan antara si laki-laki dan perempuan ternyata bukan
jadi masalah, atau perkara fisik juga bukan jadi masalah, asal masing-masing
sanggup mau belajar. Belajar berkompromi, belajar mengimbangi, belajar untuk
tampil cantik, belajar untuk lebih sholehah, belajar untuk menghargai usaha
pasangan, belajar untuk sabar, belajar hal-hal yang diketahui oleh sang suami,
dan lain sebagainya.
Beberapa kali
saya juga mendapat opini dari teman-teman yang sudah menikah intinya, “Cari
pasangan yang nyambung diajak ngobrol, kalau kalian tua nggak ada yang bisa
dilakuin lagi selain ngobrol.” Hemmmmm, masuk akal sih. Saya amati Ibuk Kos di Solo
dan Bapak Kos yang masing-masing usianya sudah kepala tujuh saban hari nyambung
karena obrolan. Tapi yang mereka obrolkan bukan teori atau filosofi, bukan juga
gugusan rumus matematika atau perkembangan ilmu dunia barat. Mereka ngobrol soal
remeh temeh seperti, “Eh Ibuk sebelah mau mantu…” “Si Cucu katanya sering rewel
ya…” “Sirahku kok kleyengan ya…” “Ayam tetangga mati misterius…” “Anak kos
laki-laki itu lho kalau bayaran angel tenan
ditarik.” See? Mereka sudah tidak cantik/ganteng/charming lagi, mereka juga tidak
berdiskusi soal ilmu pengetahuan yang rumit. Mereka hanya berkomunukasi secara
sederhana. Ya tapi mungkin kalau yang sama-sama profesor, bisa jadi pas tua mbahas research and development, atau yang
makin tua makin cantik karena plastik. Kembali lagi semuanya relatif. Lalu
jauuuhhh di pemikiranku, justru ada yang tidak bisa ngobrol pas tua karena
masing-masing udah kena penyakit kuping tua (mulai tuli) tapi mereka awet dan
rukun aja tuh. Nah loh! Intinya ada kemauan untuk belajar, utamanya belajar bersabar dan
bersyukur.
Tentang menilai seorang perempuan, ada sebuah
hadist yang bunyinya ““Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)".
Ayo sama-sama belajar untuk
menjadi yang lebih baik versi kalian! Saya pun masih jauuuuuuuhhhh dari kata “baik”. Kesimpulannya,
jangan pernah merasa berkecil hati tapi juga jangan malah sombong/congkak. Apalah
kita ini dari milyaran perempuan lainnya ciptaan Allah SWT yang pastinya banyak dari mereka lebih baik dalam segala bidang. Terakhir, percayalah Tuhan bakal ngasih yang terbaik
versi-Nya untuk kita.
Psst, kalau lagi butuh refresh otak, buka aja wattpad saya:
0 komentar: